Minggu, 26 Juni 2016

Motivasi





                                  Motivasi



Motivasi adalah suatu konstruk teoretis mengenai terjadinya perilaku. Menurut para ahli, konstruk teoretis ini meliputi aspek-aspek pengaturan (regulasi), pengarahan ( direksi), serta tujuan (insentif global) dari perilaku. 

1. Teori-teori Motivasi



a.      Teori Instink

    Instink adalah suatu disposisi (kecenderungan) yang ditentukan secara genetis untuk berperilaku dengan cara tertentu bila dihadapkan pada rangsang-rangsang tertentu. Teori Instink banyak dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin (1809 – 1882) dan teori perilaku dari William James (1842 – 1910). William James beranggapan bahwa sebagian besar perilaku manusia ditentukan oleh instink.
      
       Teori instink pertama dikemukakan oleh William MC Dougall (1871 – 1938) yang membagi instink manusia menjadi sepuluh, lalu dirinci lagi menjadi delapan belas. Tetapi teorinya begitu luas sehingga ia dianggap keluar dari batasan instink. Meskipun demikian, tidak berarti teori motivasi yang mendasarkan diri pada instink lalu menjadi pupus.
      
      Kritik untuk teori ini datang dari ahli-ahli yang melihat budaya atau lingkungan sebagai determinan utama dari perilaku. Mereka beranggapan bahwa menganologikan perilaku binatang dengan manusia dengan generalisasi yang luas amat menyesatkan. Berbagai penelitian mereka juga menunjukkan bahwa tindakan agresif pun banyak dipengaruhi oleh lingkungan seperti mencontoh.

b.      Homeostasis = Teori Drive vs Teori Arousal

Teori drive didasarkan atas determinan-determinan yang sifatnya biologis. Teori ini dipelopori oleh Clark Leonard Hull (1884 – 1925). Hull dan kawan-kawan berpendapat bahwa bila tubuh organisme kekurangan zat tertentu, seperti lapar atau haus, maka akan timbul suatu kebutuhan yang menciptakan ketegangan dalam tubuh (tension). Ketegangan ini berupa aktivitas neural (eksitasi) yang meningkat, makin hebat bila kebutuhan tidak segera terpenuhi. Keadaan ini akan mendorong (driving state) organisme berperilaku untuk menghilangkan ketegangan, atau mengembalikan keseimbangan dalam tubuh, dengan memenuhi kebutuhan tadi. Keadaan keseimbangan itu disebut homeostasis, yaitu keadaan tanpa tegangan. Pada saat ini, teori drive memperoleh kritik-kritik yang cukup tajam.

Teori arousal yang dipelopori oleh Elizabeth Duffy dan kawan-kawan mempunyai pendapat tentang homeostasis yang berbeda dari teori drive. Menurut mereka, organisme tidak selalu berusaha menghilangkan ketegangan, tetapi justru sebaliknya organisme sering kali berusaha meningkatkan ketegangan dalam dirinya. Homeostasis menurut teori ini adalah suatu keadaan tegangan optimum, yaitu tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi.

c.       Teori Atribusi

Teori atribusi tidak melandaskan pemikirannya pada determinan-determinan biologis melainkan psikologis dan lingkungan. Menurut teori ini, bagaimana seseorang menafsirkan atau berusaha mengerti apa yang melatarbelakangi peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya akan menentukan perilakunya.

Karena persepsi seseorang tentang daya-daya yang mempengaruhinya bersifat sangat subjektif maka seseorang bisa saja beranggapan bahwa yang menyebabkan dia bertindak adalah kebanyakan faktor lingkungan atau justru sebaliknya.

Orang yang cenderung beranggapan bahwa perilakunya didorong oleh faktor-faktor diluar dirinya disebut mempunyai lokus kontrol eksternal. Sedangkan mereka yang beranggapan bahwa perilakunya diakibatkan oleh daya-daya dalam dirinya sendiri disebut memiliki lokus kontrol internal.

d.      Teori Harapan

Victor E. Vroom, pencetus teori harapan, dan para pendukungnya beranggapan bahwa motivasi merupakn produk kombinasi antara besarnya keinginan seseorang untuk mendapatkan hadiah/reward tertentu (valensi), besarnya kemugkinan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diperlukan (harapan), dan keyakinannya bahwa prestasinya tersebut akan menghasilkan hadiah yang ia inginkan (instrumentalitas). 

Hubungan ketiga faktor ini bisa digambarkan sebagai berikut:
 Valensi × Harapan × Instrumenlitas = Motivasi

Kombinasi yang dapat dilakukan dan dampaknya terhadap motivasi dapat dilihat seperti dalam tabel di bawah ini:
Valensi
Harapan
Instrumentalitas
Motivasi
Sangat positif
Tinggi
Tinggi
Kuat
Sangat positif
Tinggi
Rendah
Sedang
Sangat positif
Rendah
Tinggi
Sedang
Sangat positif
Rendah
Rendah
Lemah
Sangat negatif
Tinggi
Tinggi
Kuat menghindari
Sangat negatif
Tinggi
Rendah
Sedang menghindari
Sangat negatif
Rendah
Tinggi
Sedang menghindari
Sangat negative
Rendah
Rendah
Lemah menghindari
      
    Teori harapan mempunyai banyak implikasi praktis dan banyak digunakan di bidang manajemen organisasi.

e.       Aktualisasi diri

Pada pertengahan abad ke-20, timbul reaksi yang kuat terhadap pandangan mekanistik behavioristic mengenai perilaku. Reaksi ini tercemin dalam pandangan-pandangan yang bersifat kognitif humanistic yang dicetuskan antara lain oleh Carl Rogers (1902 – 1987) dan Abraham H. Maslow mereka menolak hubungan antara stimulus (rangsang) dan respons yang bersifat mekanistik. Mereka beranggapan bahwa manusia adalah makhluk rasional, oleh karena itu setiap rangsang akan mengalamu proses kognitif sebelum terjadinya suatu respons.

Berdasarkan rasionalitas inilah manusia mampu mengarahkan perilakunya untuk mencapai tujuan setinggi mungkin. Seorang tokoh psikoanalitis, C.G. Jung (1875- 1941) menyatakan bahwa motif tertinggi manusia adalah mengembangkan kapasitas atau potensi-potensinya setinggi mungkin. Motif ini dinamakan aktualisasi diri

Istilah aktualisasi diri kemudia dikembangkan berdasarkan penilitian-penilitian Rogers dan Maslow. Rogers beranggapan bahwa perilaku manusia dikuasai oleh the actualizing tendency, yaitu suatu kecenderungan inheren manusia untuk mengembangkan kapasitasnya sedemikian rupa guna memelihara dan mengembangkan diri. Motivasi yang timbul akibat kecenderungan ini meningkatkan kemandirian dan mengembangkan kreativitas.

f.       Teori Motif Berprestasi
Konsep motif berprestasi mula-mula dikemukakan oleh Henry Murray pada tahun 1938 dalam bukunya Explorations in personality. Ia membagi kebutuhan-kebutuhan manusia ke dalam 17 kategori. Di antaranya adalah kebutuhan untuk berprestasi (achievement) dan kebutuhan berafiliasi/berteman. Konsep – konsep ini dipakai untuk menggambarkan kepribadian seseorang dalam rangka suatu diagnose yang sifatnya klinis.
Pada tahun 1940-an John Atkinson dan David Mc Clelland mempelajari motivasi untuk keperluan yang lebih luas. Mereka yakin bahwa pengetahuan akan faktor-faktor yang mendasari manusia mempunyai dampak yang sangat luas. Hasil-hasil penelitian mereka menghasilkan teori motivasi berprestasi yang dampaknya di bidang ekonomi cukup luas dan mendalam.
Mc Clelland membedakan tiga kebutuhan utama yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu: kebutuhan berprestasi atau n-ach, kebutuhan untuk berkuasa atau n-power, dan kebutuhan untuk berafiliasi atau n-affiliasi.
Kebutuhan berprestasi atau n-ach tercermin dari perilaku individu yang selalu mengarah pada suatu standar keunggulan (standard of excellence). Orang seperti ini menyukai tugas-tugas yang menantang, tanggung jawab secara pribadi, dan terbuka untuk umpan balik guna memperbaiki prestasi inovasi kreatifnya.
Kedua kebutuhan lainnya yaitu n-power dan n-aff kurang banyak diteliti disbanding n-ach. N-power terlihat dari perilaku individu yang selalu berusaha menanamkan pengaruh atas orang lain demi reputasinya sendiri. N-aff terlihat pada perilaku individu yang menyukai berkumpul bersama orang lain, membina hubungan baik, dan menjalin hubungan-hubungan baru.
g.      Motivasi Takut Kegagalan
Teori ini dikembangkan oleh John Atkinson, rekan kerja David Mc Clelland. Menurut Atkinson, terdapat dua tipe manusia yang perilakunya mengarah pada prestasi. Kelompok yang pertama adalah orang-orang yang lebih termotivasi untuk berprestasi daripada menghindari kegagalan. Kelompok kedua adalah mereka yang lebih termotivasi oleh ketakutan akan gagal.
Kedua kelompok tersebut mempunyai prestasi yang berbeda pada tugas-tugas yang mempunyai derajat kesulitan yang bervariasi. Atkinson mengatakan bahwa orang yang termotivasi untuk berhasil akan mempunyai prestasi yang bagus pada tugas-tugas dengan taraf kesulitan sedang.

 2. Jenis - jenis Motif
Walgito mensinyalir adanya dua jenis motif, yaitu :
a.  Motif Fisiologis, berakar pada keadaan jasmani, misalnya dorongan untuk makan, minum, seks, menghirup udara segar. Dorongan tersebut berkaitan dengan kecenderungan untuk mempertahankan eksistensi sebagai makhluk hidup sehingga disebut motif (basic motives) atau motif primer (primary motives). Motif ini juga disebut motif alami (natural motives) atau motif bawaan.
b.   Motif Sosial, cenderung lebih kompleks dan merupakan sumber dari banyak perilaku atau perbuatan manusia. Dikatakan sosial karena merupakan motif yang dipelajari kelompok sosial (social group).
Sementara Plotnik berpendapat bahwa terdapat tiga jenis motif berdasarkan tiga macam kebutuhan, yaitu : 
  • Kebutuhan Biologis : Tuntutan fisiologis yang penting agar kita bisa bertahan hidup dan mendapatkan kesejahteraan fisik. 
  • Kebutuhan Sosial : Kebutuhan yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman. 
  • Kebutuhan Kepuasan : Plotnik merujuk pada hierarki kebutuhan Maslow. Hierarki kebutuhan Maslow adalah suatu urutan kebutuhan yang menanjak atau bersifat hierarkis, dimana kebutuhan biologis ditempatkan di dasar dan kebutuhan sosial dipuncak. Menurut hierarki Maslow, kita memenuhi kebutuhan biologis kita (dasar hierarki) sebelum memenuhi kebutuhan sosial (puncak hierarki). 
Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow :
§  Tingkat 1 : Kebutuhan kebutuhan fisik, misalnya : makan, minum, seks, dan tidur.
§  Tingkat 2 : Kebutuhan akan keamanan, misalnya : perlindungan dari kejahatan.
§  Tingkat 3 : Kebutuhan akan rasa cinta dan diterima, misalnya : diterima oleh individu individu lain.
§  Tingkat 4 : Kebutuhan akan penghargaan, misalnya : prestasi, kompetensi, memperoleh pengakuan, dan penghargaan.
§  Tingkat 5 : Aktualisasi diri, misalnya : pemenuhan potensi keunikan seseorang.
3.  Jenis - jenis Motif Sosial


Menurut Mc Clelland (dalam Morgan dkk, 1984) terdapat tiga jenis motif sosial, yang diantaranya :
a.      Motif Berprestasi

Orang yang mempunyai kebutuhan ini akan meningkatkan kinerjanya, dan dengan demikian akan terlihat kemampuan berprestasinya. Penelitian menunjukan bahwa orang yang memiliki n-achievement tinggi, akan mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang n-achievement-nya rendah.

b.      Kebutuhan Berafiliasi

Afiliasi menunjukan bahwa seseorang yang mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain. Orang yang kuat kebutuhan afiliasinya akan selalu mencari teman dan berusaha mempertahankan hubungan yang telah dibina dengan orang lain tersebut. Sebaliknya, orang yang kebutuhan afiliasinya rendah akan segan mencari teman dan tidak cenderung membina dan mempertahankan hubungan dengan orang lain.
c.       Kebutuhan Akan Kekuasaan
Kebutuhan ini timbul dan berkembang dalam interaksi sosial. Orang yang mempunyai power needs yang tinggi suka melakukan kontrol, mengendalikan, atau memerintah orang lain.

Untuk memenuhi tugas softskill Matematika Dasar
Oleh Alfiah Wulandari
Kelas : 1PA14
Motivasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar